BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kelainan
prilaku merupakan prilaku yang menyimpang dari prilaku normal. Hal itu
diakibatkan adanya pertentangan dengan orang dan masyarakat sekitarnya.
Kebanyakan dari mereka mempunyai skor rendah dalam belajar dan tes inteligensi.
Prevalensi terjadinya anak-anak dengan gangguan prilaku menyimpang bervariasi.
Namun diperkirakan berkisar antara 2 hingga 22 persen dari anak-anak usia
sekolah, dan diidentifikasikan banyak terjadi pada anak-anak laki-laki daripada
anak perempuan. Pendapat lain, bahwa prevalensi dari anak dengan gangguan
prilaku berkisar antara 5 hingga 20 persen atau bahkan lebih dari populasi anak
usia sekolah (Kauffman, J.M. 1985:25).
Adanya
tekanan-tekanan yang sering terjadi di masyarakat terhadap anak, ditambah
dengan ketidakberhasilan anak bersangkutan dalam pergaulan lingkungannya sering
menjadi penyebab prilaku-prilaku yang menyimpang. Dapat juga terjadi bila
seorang anak kurang memahami akan aturan-aturan yang ada dalam kehidupan
masyarakat. Selain itu juga dapat terjadi oleh karena adanya suatu pandangan
yang keliru terhadap sekelompok minoritas tertentu. Hal tersebut dapat menjadi
penyebab anak yang suka melawan hukum atau aturan-aturan tertentu dan selalu
memberontak untuk melawan orang yang berkuasa.
1.2.
Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini
yaitu diharapkan pembaca dan khususnya penulis dapat memahami sistem pendidikan
bagi anak Tunalaras, dan juga bagaimana sistem pengajaran, kurikulum dan
fasilitas yang ada di sekolah khusus untuk anak Tunalaras ini.
1.3.
Prosedur
Pemecahan Masalah
Dalam melaksanakan penyusunan
makalah ini penulis mengadakan observasi langsung atau berpartisipasi aktif ke
sekolah SLB E ”Bina Putra” Solo, dengan cara melakukan wawancara kepada guru
dan pihak sekolah terkait.
1.4. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
1.2.Tujuan Penulisan
1.3.Prosedur Pemecahan Masalah
1.4.Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.2
Landasan
Teoritis
2.3
Profil
Sekolah
2.4
Potensi
Sekolah penunjang Inklusi
BAB III KESIMPULAN
BAB
II
PEMBAHASAN
2.2
Landasan Teoritis
Definisi
berkaitan dengan tunalaras atau emotional handicapped atau behavioral
disorder sekarang lebih terarahkan berdasarkan definisi dari eli M. Bower (1981). Definisi Bower
(1981) menyatakan bahwa anak dengan
hambatan emosional atau kelainan perilaku, apabila ia menunjukkan adanya satu
atau lebih dari lima komponen berikut ini.
a. Tidak mampu belajar bukan disebabkan
karena faktor intelektual, sensory atau kesehatan.
b. Tidak mampu untuk melakukan
hubungan baik dengan teman-teman dan guru-guru.
c. Bertingkah laku atau
berperasaan tidak pada tempatnya.
d. Secara umum, mereka selalu
dalam keadaan pervasive dan tidak menggembirakan atau depresi.
e. Bertendensi ke arah symptoms
fisik seperti: merasa sakit, atau ketakutan berkaitan dengan orang atau
permasalahan di sekolah.
Berdasarkan
definisi Bower tersebut, masalah hambatan dalam belajar
merupakan karakteristik pertama dan merupakan aspek yang signifikan di sekolah.
Dari definisi hambatan emosional tercatat dalam Peraturan Pemerintah Amerika
Serikat (Public law 94-142 secdtion 121 a. 5), antara lain
sebagai berikut;
a.
Mempunyai kondisi satu atau lebih dari komponen Bower akan berpengaruh terhadap kinerja pendidikan untuk periode waktu yang
panjang.
b.
Secara pasti bahwa
ketidakmampuan belajar bukan disebabkan karena faktor-faktor yang
berkaitan dengan kemampuan intelektual, sensory dan kesehatannya.
c.
Tidak mampu untuk melakukan kerja sama yang
memuaskan dengan teman-teman dan guru-gurunya.
d.
Mempunyai prilaku yang tidak pada tempatnya atau
perasaan yang tidak umum dengan lingkungannya.
e.
Mempunyai perasaan tidak gembira atau suka depresi.
f.
Bertendensi ke arah symtomp fisik. Misalnya, perasaan takut terhadap
perorangan atau permasalahan yang ada di sekolah.
g.
Istilah tersebut termasuk kepada mereka yang
menyandang schizophrenic atau autistic tetapi tidak menyangkut
kepada mereka yang tidak mampu beradaptasi secara sosial.
Pengertian
gangguan prilaku menyimpang (tunalaras)
Behavioral
Impairment atau gangguan prilaku menyimpang (tunalaras) merupakan istilah yang
berkaitan dengan kelainan prilaku yang banyak dibicarakan oleh para pendidik.
Definisi dan pemberian nama-nama lain, antara lain berkaitan dengan
istilah-istilah, seperti; gangguan emosional (emotionally disturb),
prilaku sosial emosional yan maladaptip (maladaptive social emotional
behavioral), kelainan perilaku (behaviorally disorder), hambatan
dalam pendidikan (educationally handicapped), dan kelainan psikologis (psychological
disorder).
Definisi
anak yang berperilaku menyimpang (anak nakal), menurut Kepmensos RI No.
23/HUK/1996) adalah anak yang berperilaku menyimpang dari norma-norma sosial,
moral, dan agama yang merugikan keselamatan dirinya, mengganggu dan meresahkan
ketentraman dan ketertiban masyarakat serta kehidupan keluarga dan atau
masyarakat.
Menurut
UU No. 3/1997 tentang Pengadilan Anak, yaitu: Anak (usia 8-18 tahun yang
melakukan tindak pidana atau anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan
terlarang bagi anak baik menurut peraturan per Undang-Undangan maupun menurut
peraturan hokum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.
2.3 Profil YPAN Bina Putera
Surakarta
Jl.
Bibis Baru no. 3 Cengklik Nusukan. Surakarta. SLB E Bina Putera Surakarta Pada
tanggal 26 Juni SLB E “Bina Putera” ini didirikan di Surakarta oleh Bapak Drs.
HM. Soedarno (alm) dengan akte
notaries R. Soegondo Notodisoeryo No. 55 dan diperbaharui dengan akte notaries
Ratna Widjaya, SH No. 7 tanggal 19 Agustus 1988. ASAS Pancasila dan UUD
1945
Maksud
Dan Tujuan Membantu Pemerintah dalam penanggulangan kelainan tingkah laku
anak/remaja seperti kesulitan belajar, hiperaktif, serta kelainan tingkah laku
dan sosial lainnya dengan jalan meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, kecerdasan, keterampilan, budi pekerti, memperkuat kepribadian dan
mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air.
Visi
Misi sekolah Visi terwujudnya manusia yang cerdas, terampil, sehat jasmani dan
rohani, mandiri, berakhlaq mulia dan taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa.
Misi
a. Meningkatkan layanan
rehabilitasi dan mutu pendidikan
b. Melatih dan membimbing
keterampil dan pengembangan bakat, minat, untuk hidup mandiri dan bekal hidup
dimasa depan
c. Melatih hidup bermasyarakat
yang baik, untuk dapat mengoptimalkan peran sosialnya
d. Berupanya untuk mendalami,
menghayati dan mengamalkan ajaran agama secara maksimal, sesuai dengan agama
dan kepercayaan masing-masing
Ruang
Lingkup
Ruang
lingkup usaha YPAN “Bina Putera” Surakarta adalah:
a.
Menyelenggarakan Sekolah Luar Biasa Bagian E “Bina
Putera” Surakarta” terdiri dari jenjang SD, SMP, SMA.
b.
Menyelenggarakan Asrama bagi siswa yang memerlukan
terutama anak dari luar kota.
c.
Menyelenggarakan biro konsultasi bagi anak
bermasalah.
d. Menyelenggarakan latihan kerja/keterampilan.
ISI
Program
Peningkatan Mutu SDM untuk Penyandang Tunalaras dan Upaya Menanggulangi
permasalahan anak dan remaja.
Peningkatan
mutu SDM untuk penyandang masalah sosial semuanya tidak lepas dari upaya:
a. Peningkatan mutu Yayasan Penyelenggara
Sekolah
b.
Peningkatan mutu guru dan Kepala Sekolah
c. Peningkatn mutu orang tua/wali
Pelaksanaan
A. Sekolah Luar Biasa bagian E
Penyelenggaraan
SLB/E “Bina Putera” Surakarta meliputi:
a.
Siswa masuk SLB/E “Bina Putera” Surakarta tidak
mesti masuk kelas sesuai dengan kelas yang pernah ditempati sebelum masuk SLB/E
“Bina Putera” Surakarta dan bisa masuk sewaktu-waktu
b.
Umur siswa minimal 8 tahun dan maksimal 17 tahun
untuk SD dan SLTP
c.
Mencatat dan mendata latar belakang permasalahan
anak, keluarga, dan lingkungannya
d.
Membawa surat keterangan dari sekolah dan raport
bagi yang pernah bersekolah dan hasil pemeriksaan psikologis yang menyatakan
bahwa anak tersebut bermasalah
e. Dalam memasukkan siswa harus disertai orang
tua/wali
f.
Memberikan bantuan keringanan biaya pendidikan atau
asrama
g.
Diikutsertakan dalam program bea siswa bagi siswa
yang berpotensi dan berprestasi
h.
Siswa mendapatkan pelajaran sesuai dengan tingkat
kemampuan atau kelas atas dasar kurikulum yang dibakukan
i.
Pelaksanaan EBTA dan EBTANAS menyesuaikan dengan
sekolah umum dan STTB sekolah Umum. Siswa tigkat SD yang lulus dapat
melanjutkan ke jenjang SLTP umum/terpadu dan bagi siswa yang tidak mungkin
dapat diterima di SLTPLB.
B. Fasilitas asrama
Untuk
mengoptimalkan kemampuan anak perlu adanya pendidikan dan pembinaan yang
kontinu, salah satunya dengan memberikan fasilitas asrama. Melalui asrama anak
akan dilatih berdisiplin, menghargai waktu belajar, tugas rumah, dan dalam
beribadah. Kebanyakan penghuni asrama diberikan kepada siswa dari luar kota,
luar daerah, bahkan luar Jawa.
C. Biro konsultasi
Bagi orang tua yang memerlukan
dan membutuhkan informasi tentang permasalahan anak atau kelainan perilaku
anak, bahkan masalah belajar anak dapat dikonsultasikan ke Biro Konsultasi yang
ditangani tenaga ahli dari bermacam disiplin ilmu meliputi Psikologi, Dokter,
Pendidik, dan Pekerja Sosial. Dalam hal ini tidak dipungut biaya atau gratis.
D. Latihan Keterampilan
Dengan
program yang telah ditentukan dan disesuaikan dengan bakat dan minat yang dipilih
seperti menyulam, menjahit, pertukangan, percetakan, penyablonan, komputer, dan
sebagainya. Bertujuan akan memberikan nilai lebih kepada anak sehingga setelah
selesai akan mampu mandiri.
E. Guru
Guru
di SLB E ”Bina Putra” terdapat 24 guru 1 sebagai kepala sekolah dan 23 sebagai
kuru kelas, latar belakang guru hampir semua sarjana pendidikan khusus.
Tata tertib guru
1.
Guru masuk kelas jam 07.00 tepat.
2.
Sebeluni mengajar guru harus mempersiapkan
perangkat kegiatan Belajar mengajar.
3.
Guru harus memakai pakaian dinas sesuai aturan yang berlaku.
4.
Selama mengajar, guru tidak diperbolelikan
meninggalkan kelas, kecuali ada sesuatu yang bisa dimaklumi.
5.
Pengelolaan kelas sepenuhnya adalah tanggung
jawab wali kelas masing masing.
6.
Guru piket harian wajib mengontrol kelas, barangkali ada kelas
kosong.
7.
Apabila tidak hadir, guru harus membuat surat ijin, jika dalam
keadaan darurat/terpaksa
boleti lewat telpon.
8.
Guru yang meninggalkan tugas, harus malapor pada kepala sekolah
dan mengisi buku meninggalkan tugas
9.
Guru yang terlambat, harus melapor kepada sekolah atau guru piket
harian
10.
Kalau ada murid yang tidak masuk lebih dari 2 hari, guru harus
melapor kepada kepala sekolah
11.
Setelah kegiatan sekolah berakhir, guru boleh pulang setelah siswa
pulang
12.
Setelah kegiatan Sekolah berakhir, guru boleti
pulang setelah siswa pulang. Aturan yang belturi tertulis, akan disampaikan dikemudian hari.
F.
Lingkungan Sekolah
Lingkungan Fisik
a.
Jumlah ruang kelas : terdiri dari 12 kelas,
kelas tambahan berupa kelas keterampilan
b.
Bangku
: tiap kelas terdapat 5-6 meja murid dan 1 meja guru
c.
Papan
tulis : 1 buah tiap kelas
d.
Lapangan
olah raga : terdapat lapangan olah raga
e.
Kesehatan
lingkungan : lingkungan sekolah bersih dan nyaman
f. Aksesibilitas : baik, adanya jalur atau jalan yang landai
G.
Keadaan
Proses Belajar Mengajar
Keadaan proses belajar mengajar disesuaikan pada kurikulum tiap tingkatan
sekolah, untuk sekolah SD kurikulum lebih diisi dengan Bina social dan
pengembangan diri, sedangkan SMP perbandingan akademik dan keterampilan sekitar
40-60%, sedangkan untuk SMA kurikulum hampir sama tetapi takaran keterampilan
dan akademik cukup berbeda bila akademik haya 30% sedangkan keterampilan 70%.
Untuk setiap hari senin terdapat jadwal tentang pendalaman agama atau kegiatan
religious, terdapat 3 keterampilan yakni menjahit, computer dan mekanik. Untuk
1 guru berbanding siswa 5-6 guru.
H. Hubungan Kerjasama
Mengadakan
hubungan kerjasama kelembagaan baik secara managerial, Sumber Daya Manusia,
penelitian, dan pengembangan serta pelatihan.
1. Departemen Sosial
2. Departemen Pendidikan Nasional
3. Departemen Agama
4. UNICEF
5. Universitas Sebelas Maret Surakarta
6. Universitas Muhammadiyah Surakarta
7. Universitas Gajah Mada Yogyakarta
8. Universitas Negeri Yogyakarta
9. Universitas Negeri Bandung
2.4
Potensi sekolah
Potensi sekolah SLB E “Bina Putra” sebagai sekolah yang ramah untuk atau
guna penunjang bagi sekolah Inklusi.
a.
Tenaga
Pengajar
Tenaga pengajar di
lingkungan SLB-E Bina Putra sebagian besar adalah lulusan Pendidikan Khusus
sehingga dapat mengetahui dan mengenal lebih jauh dunia pendidikan luar biasa.
Maka dengan ini guru dapat menangani
hambatan-hambatan yang dirasakan oleh anak didik demi mencapai kemandirian.
b. Kurikulum
Kurikulum yang berisi
hampir secara mendominasi yakni berisi keterampilan ini penting agar anak dapat Melatih dan
membimbing keterampil dan pengembangan bakat, minat, untuk hidup mandiri dan
bekal hidup dimasa depan.
c. Terapis
Sekolah
ini mempunyai terapis dari bimbingan konseling untuk bimbingan anak secara
individual ini penting agar guru tau akan kemajuan atau keadaan siswanya
sebelum melakukan pembelajaran
d. Hubungan kerjasama
Hubungan
kerjasama diperlukan untuk membuka sekolah terhadap sosial sekolah dalam
kaitannya sebagai pengukur atau penambah keilmuan suatu sekolah informasi dan
komunikasi akan semakin baik bila kerjasama suatu sekolah menjadi besar.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian dan observasi yang
telah dilakukan, pada sekolah luar biasa SLB E Bina Putra bahwa sekolah
tersebut adalah sekolah segregasi yang ada inklusinya juga yang melayani anak
dengan hambatan emosi dan prilaku. Sedangkan pendidikan luar biasa bertujuan
membantu peserta didik yang menyandang kelainan, yang dilaksanakan berdasarkan
atas perencanaan yang dapat dipertanggung jawabkan. Di samping itu, pengertian
membantu dapat pula diartikan bahwa keberhasilan pendidikannya tidak
semata-mata ditentukan oleh yang membantu, yaitu guru dan pendidik tetapi juga
diwarnai pula oleh anak tunalaras itu sendiri.
tujuan pendidikan anak tunalaras yaitu penanggulangan kelainan tingkah laku
anak/remaja seperti kesulitan belajar, hiperaktif, serta kelainan tingkah laku
dan sosial lainnya dengan jalan meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, kecerdasan, keterampilan, budi pekerti, memperkuat kepribadian dan
mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air.
Setelah melakukan observasi maka kami
disini dapat menyimpulkan untuk dapat meningkatkan kualitas SLB E tersebut maka
sekolah tersebut harus dapat menjadikan seorang siswanya untuk dapat pengembangan bakat, minat, untuk hidup
mandiri dan bekal hidup dimasa depan. Selain itu Berupanya untuk mendalami,
menghayati dan mengamalkan ajaran agama secara maksimal, sesuai dengan agama
dan kepercayaan masing-masing.
No comments:
Post a Comment